Minggu, 10 Februari 2019

Melihat Desa Wisata Sebong Lagoi, Desa Terbaik Nasional 2018

Slamet Nofasusanto, Bintan
batampos.co.id – Kala senja, aktivitas pariwisata di Desa Sebong Lagoi Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan seakan tidak ada matinya. Baik wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara tetap berkeinginan menyambangi desa ini meski langit berganti gelap karena peran matahari digantikan bulan.
Di bawah sinar rembulan, wisatawan masih saja ingin melihat sisi malam dari desa yang bertetangga dengan Kawasan Pariwisata Termasyur Bintan Resorts Lagoi. Atau lebih tepatnya bukan tetangga melainkan Kawasan Elit ini menjadi bagian satu kesatuan dari wilayah administrasi Desa Sebong Lagoi.
Biasanya wisatawan yang menginap di sejumlah resorts di Kawasan Bintan Resorts Lagoi akan merogoh rupiah, karena mata uang asing seperti dollar tidak lagi dibolehkan menjadi alat transaksi di kawasan ini untuk wisata Tour Mangrove di Desa Sebong Lagoi.
Wisata Tour Mangrove? Ya, wisata hutan bakau menaiki boat sampan  menyusuri sungai untuk menikmati suasana hening sembari mendengar suara – suara binatang liar seperti ular, burung dan lainnya ini.
Bahkan bila beruntung wisatawan bisa melihat kunang-kunang menari – nari sembari bersinar. Sinarnya menjadi pelita paling terang di saat Tour Mangrove.
Wisata Tour Mangrove yang digerakkan masyarakat menjadikan Desa Sebong Lagoi terpilih sebagai desa terbaik. Keunggulan lain ialah Kawasan Pariwisata Bintan Resorts menjadi nilai plus plus dalam penilaian IDM 2018.
Adalah Yethas. Singkatan dari Yayasan Ekowisata Tunas Harapan, salah satu usaha wisata tour mangrove yang berada di aliran sungai hutan bakau.
Berdiri tahun 2003, pembina yayasan ini ialah Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bintan dalam hal ini Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Bintan, PT Bintan Resorts Cakrawala selaku pengelola Kawasan Pariwisata Bintan Resorts Lagoi dan Pemerintah Desa Sebong Lagoi.
Sore yang sejuk sehabis hujan , Yona Ketua Unit Tour and Service Yethas beranjak keluar dari kantornya yang sangat sederhana.
Wanita peranakan Belanda dan Dabo Singkep Kabupaten Lingga ini sedang menunggu agen travel yang seyogyanya akan membawa rombongan wisatawan untuk menikmati paket paket wisata yang ditawarkan Yethas.
Sembari menanti tamu, Yona menuturkan, awalnya belum ada
namanya wisata mangrove tour melainkan traditional fishing tour.
Di paket wisata ini, pihaknya menyewakan boat sampan sekaligus pemandu wisata.
“Wisatawan mempraktekkan langsung alat pancing tradisional misalkan menangkap udang dengan jala, ikan dengan tangkul dan kepiting dengan bubu,” kata dia menambahkan dari Traditional Fishing Tour akhirnya berkembang menjadi Mangrove Tour.
Sebenarnya bukan semata mangrove tour yang membuat desa ini menjadi desa terbaik nasional. Di usaha-usaha wisata ini juga melibatkan masyarakat sehingga membuat ekonomi masyarakat Desa Sebong Lagoi terangkat.
Seperti di Yethas juga ada wisata Kampong Tour. Wisatawan yang berkunjung ke sini akan diajak berkeliling kampung untuk melihat langsung usaha usaha kecil yang digerakkan masyarakat.
Salah satunya, wisatawan diajak melihat pembuatan tempe dan jamu di Desa Sebong Lagoi. Bukan cuma melihat, wisatawan bisa belajar membuat tempe dan jamu sendiri hingga pengemasan. Bahkan ada juga wisatawan yang ikut belajar mengelola tempe, misalkan menjadi gorengan atau lainnya.
“Satu wisatawan yang datang ke usaha pembuatan tempe dan jamu, maka pelaku usahanya mendapat keuntungan Rp 10 ribu per kepala.
Bahan-bahannya juga diganti sama kami dan bila wisatawan tertarik membeli, juga menjadi keuntungan bagi pelaku usaha tadi,” kata dia.
Tak hanya itu, wisatawan juga diajak ke pengrajin tikar dan handycraf dari pandan.
“Handycraf ini bisa bentuk topi, dan tas,” kata dia.
Kemudian ada pelestarian bakau. Dimana masyarakat yang membibit lalu dibeli oleh yayasan. Kemudian wisatawan akan diajak menanam mangrove.
Dalam sebulan wisatawan yang berkunjung ke mangrove Yethas bisa mencapai 1.300 wisatawan mancanegara dari Tiongkok dan Eropa.
“Kontribusi kita ialah menciptakan lapangan pekerjaan bagi anak-anak di sini. Juga bila ada yang magang, bisa juga. Lalu melibatkan usaha-usaha kecil masyarakat dan lainnya,” kata dia.
Selain sebagai desa terbaik, Bintan Mangrove yang ada di Desa Sebong Lagoi juga terpilih sebagai ekowisata terpopuler nasional tahun 2018.
Sementara Sekdes Sebong Lagpi Wiyono sempat mengaku kaget dan tak percaya Desa Sebong Lagoi terpilih sebagai salah satu desa terbaik nasional 2018 untuk kategori IDM.
Setelah dilihat, ternyata keunggulan Desa Sebong Lagoi ialah wisatanya. “Desa ini berada di kepulauan yang ada kawasan pariwisata terbesar. Di sini juga ada wisata mangrove yang digerakkan masyarakat,” kata dia ditemui, Selasa (4/12) pagi.
Di Kawasan Pariwisata Bintan Resorts Lagoi setidaknya ada 15 perusahaan besar dan pendapatan dari sektor pajak terbesar juga disumbangkan dari wisata.
Desa dengan penduduk sekitar 3.741 jiwa dengan 2.572 jiwa yang berhak memilih ini, juga memiliki keragaman suku dan budaya. Di sini ada 6 agama dan rumah ibadah dari 6 agama tersebut. “Rumah ibadah di sini lengkap dan semua ada,” kata dia.
Kemudian pekerjaan masyarakatnya sekitar 40 persen bekerja di Lagoi, 10 persen nelayan sedangkan 50 persen lagi umumnya buruh harian lepas yang juga bekerja di Lagoi.
Wisata lokal seperti mangrove juga berkembang dan menjadi salah satu penunjang ekonomi masyarakat. Setidaknya ada 5 usaha mangrove yang dikelola masyarakat tempatan.
“Keunggulan pembangunan di desa sangat sinergi baik dengan kawasan Lagoi yang memiliki hotel berbintang lima dan usaha-usaha mangrove.
Sehingga terbuka lapangan pekerjaan dan menggerakkan ekonomi masyarakat,” jelas dia menambahkan angka pengangguran di Sebong Lagoi sangat sedikit.

Sumber: https://pinang.batampos.co.id/2018/12/05/melihat-desa-wisata-sebong-lagoi-desa-terbaik-nasional-2018/
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Facebook Like

Categories

Label

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support