Slamet Nofasusanto, Bintan
batampos.co.id – Kala senja, aktivitas pariwisata di Desa Sebong
Lagoi Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan seakan tidak ada matinya.
Baik wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara tetap
berkeinginan menyambangi desa ini meski langit berganti gelap karena
peran matahari digantikan bulan.
Di bawah sinar rembulan, wisatawan masih saja ingin melihat sisi
malam dari desa yang bertetangga dengan Kawasan Pariwisata Termasyur
Bintan Resorts Lagoi. Atau lebih tepatnya bukan tetangga melainkan
Kawasan Elit ini menjadi bagian satu kesatuan dari wilayah administrasi
Desa Sebong Lagoi.
Biasanya wisatawan yang menginap di sejumlah resorts di Kawasan
Bintan Resorts Lagoi akan merogoh rupiah, karena mata uang asing
seperti dollar tidak lagi dibolehkan menjadi alat transaksi di kawasan
ini untuk wisata Tour Mangrove di Desa Sebong Lagoi.
Wisata Tour Mangrove? Ya, wisata hutan bakau menaiki boat sampan
menyusuri sungai untuk menikmati suasana hening sembari mendengar suara
– suara binatang liar seperti ular, burung dan lainnya ini.
Bahkan bila beruntung wisatawan bisa melihat kunang-kunang menari
– nari sembari bersinar. Sinarnya menjadi pelita paling terang di
saat Tour Mangrove.
Wisata Tour Mangrove yang digerakkan masyarakat menjadikan Desa
Sebong Lagoi terpilih sebagai desa terbaik. Keunggulan lain ialah
Kawasan Pariwisata Bintan Resorts menjadi nilai plus plus dalam
penilaian IDM 2018.
Adalah Yethas. Singkatan dari Yayasan Ekowisata Tunas Harapan,
salah satu usaha wisata tour mangrove yang berada di aliran sungai
hutan bakau.
Berdiri tahun 2003, pembina yayasan ini ialah Pemerintah
Kabupaten (Pemkab) Bintan dalam hal ini Dinas Pariwisata (Dispar)
Kabupaten Bintan, PT Bintan Resorts Cakrawala selaku pengelola
Kawasan Pariwisata Bintan Resorts Lagoi dan Pemerintah Desa Sebong
Lagoi.
Sore yang sejuk sehabis hujan , Yona Ketua Unit Tour and Service Yethas beranjak keluar dari kantornya yang sangat sederhana.
Wanita peranakan Belanda dan Dabo Singkep Kabupaten Lingga ini
sedang menunggu agen travel yang seyogyanya akan membawa rombongan
wisatawan untuk menikmati paket paket wisata yang ditawarkan Yethas.
Sembari menanti tamu, Yona menuturkan, awalnya belum ada
namanya wisata mangrove tour melainkan traditional fishing tour.
Di paket wisata ini, pihaknya menyewakan boat sampan sekaligus pemandu wisata.
“Wisatawan mempraktekkan langsung alat pancing tradisional
misalkan menangkap udang dengan jala, ikan dengan tangkul dan kepiting
dengan bubu,” kata dia menambahkan dari Traditional Fishing Tour
akhirnya berkembang menjadi Mangrove Tour.
Sebenarnya bukan semata mangrove tour yang membuat desa ini
menjadi desa terbaik nasional. Di usaha-usaha wisata ini juga
melibatkan masyarakat sehingga membuat ekonomi masyarakat Desa Sebong
Lagoi terangkat.
Seperti di Yethas juga ada wisata Kampong Tour. Wisatawan
yang berkunjung ke sini akan diajak berkeliling kampung untuk
melihat langsung usaha usaha kecil yang digerakkan masyarakat.
Salah satunya, wisatawan diajak melihat pembuatan tempe dan jamu
di Desa Sebong Lagoi. Bukan cuma melihat, wisatawan bisa belajar
membuat tempe dan jamu sendiri hingga pengemasan. Bahkan ada juga
wisatawan yang ikut belajar mengelola tempe, misalkan menjadi gorengan
atau lainnya.
“Satu wisatawan yang datang ke usaha pembuatan tempe dan jamu, maka pelaku usahanya mendapat keuntungan Rp 10 ribu per kepala.
Bahan-bahannya juga diganti sama kami dan bila wisatawan
tertarik membeli, juga menjadi keuntungan bagi pelaku usaha tadi,” kata
dia.
Tak hanya itu, wisatawan juga diajak ke pengrajin tikar dan handycraf dari pandan.
“Handycraf ini bisa bentuk topi, dan tas,” kata dia.
Kemudian ada pelestarian bakau. Dimana masyarakat yang membibit
lalu dibeli oleh yayasan. Kemudian wisatawan akan diajak menanam
mangrove.
Dalam sebulan wisatawan yang berkunjung ke mangrove Yethas bisa mencapai 1.300 wisatawan mancanegara dari Tiongkok dan Eropa.
“Kontribusi kita ialah menciptakan lapangan pekerjaan bagi
anak-anak di sini. Juga bila ada yang magang, bisa juga. Lalu melibatkan
usaha-usaha kecil masyarakat dan lainnya,” kata dia.
Selain sebagai desa terbaik, Bintan Mangrove yang ada di Desa
Sebong Lagoi juga terpilih sebagai ekowisata terpopuler nasional tahun
2018.
Sementara Sekdes Sebong Lagpi Wiyono sempat mengaku kaget dan
tak percaya Desa Sebong Lagoi terpilih sebagai salah satu desa
terbaik nasional 2018 untuk kategori IDM.
Setelah dilihat, ternyata keunggulan Desa Sebong Lagoi
ialah wisatanya. “Desa ini berada di kepulauan yang ada kawasan
pariwisata terbesar. Di sini juga ada wisata mangrove yang
digerakkan masyarakat,” kata dia ditemui, Selasa (4/12) pagi.
Di Kawasan Pariwisata Bintan Resorts Lagoi setidaknya ada
15 perusahaan besar dan pendapatan dari sektor pajak terbesar
juga disumbangkan dari wisata.
Desa dengan penduduk sekitar 3.741 jiwa dengan 2.572 jiwa yang
berhak memilih ini, juga memiliki keragaman suku dan budaya. Di sini ada
6 agama dan rumah ibadah dari 6 agama tersebut. “Rumah ibadah di
sini lengkap dan semua ada,” kata dia.
Kemudian pekerjaan masyarakatnya sekitar 40 persen bekerja di
Lagoi, 10 persen nelayan sedangkan 50 persen lagi umumnya buruh harian
lepas yang juga bekerja di Lagoi.
Wisata lokal seperti mangrove juga berkembang dan menjadi salah
satu penunjang ekonomi masyarakat. Setidaknya ada 5 usaha mangrove
yang dikelola masyarakat tempatan.
“Keunggulan pembangunan di desa sangat sinergi baik dengan
kawasan Lagoi yang memiliki hotel berbintang lima dan usaha-usaha
mangrove.
Sehingga terbuka lapangan pekerjaan dan menggerakkan
ekonomi masyarakat,” jelas dia menambahkan angka pengangguran di Sebong
Lagoi sangat sedikit.Sumber: https://pinang.batampos.co.id/2018/12/05/melihat-desa-wisata-sebong-lagoi-desa-terbaik-nasional-2018/
0 komentar:
Posting Komentar